Kamis, 09 Februari 2012

Jam Tangan Yang Hilang

Jam menunjukkan pukul 7.30 pagi saat itu Ibunda Cherto sedang ingin bergegas berangkat karena Ibu Cherto hari ini harus piket pagi. Ia sedang terburu-buru, saat itu ibu menyuruh seorang tukang yang bernama Pak Saptano, ia adalah warga kampung sebelah yang sangat kekurangan dan juga sekarang istrinya sedang sakit keras. Ia disuruh untuk mengecat pagar dan tembok teras rumah. Saat ibu menyuruh seorang tukang, Cherto berangkat sekolah. Saat itu ia duduk di kelas 2 SMP. Cherto pun bergegas menaiki dan mengayuh sepeda kesayangannya. Cherto bergegas karena ia tidak mau terlambat sekolah.
Teng... teng... bunyi bel pulang sekolah telah berbunyi, Cherto dan teman-temannya pun pulang ke rumah masing-masing. Cherto lalu mengambil sepedanya lalu mengayuhnya. Sesampai di rumah Cherto terkejut saat lihat ibu, ayah, adik dan pembantunya yang bernama mbok Marti sedang bingung mencari jam tangan emas milik Ibunya saat itu jam menunjukkan pukul 1 siang. Mereka sangat bingung karena dari tadi jamnya belum ditemukan.
Saat itu jam menunjukkan pukul 2 siang tetapi jamnya belum juga ketemu. Akhirnya adik certo yang bernama Merly yang saat itu sedang duduk di kelas 6 SD memberi tahu Ibunya kalau ia punya teman yang pintar menyelidiki suatu masalah. “Ia tinggal tidak jauh dari rumah kita bu.. aku akan memanggilnya sekarang, ia pintar menyelidiki masalah seperti detektif bu..” kata Merly. Teman Merly itu bernama Mark. Merly juga berkata kepada Ibunya kalau di sekolah ada suatu masalah ia yang memecahkannya seperti uang Scout yang hilang, Mark membatu menemukannya ternyata terselip di buku lalu bolpoin Herts yang hilang di kelas ternyata jatuh sewaktu dibawa ke kantin. Dengan menggunakan sepeda kakaknya Merly pun pergi ke rumah Mark untuk memintanya membantu memecahkan masalah jam Ibunya yang hilang. Sesampainya di rumah Mark, Merly memanggil dan meminta bantuannya. Mark pun bersedia membantu Merly memecahkan masalah jam yang hilang itu.
Mereka bergegas pergi ke rumah Merly, disana Mark bertanya tanya kepada Ibu Merly, sedangkan Cherto dan ayahnya sedang mencari keberadaan jam milik ibunya. “Kapan Ibu terakhir menggunakan jam itu?” Mark bertanya kepada Ibu Cherto. “Tadi pagi sebelum mandi ibu menggunakannya karena terburu-buru ibu tidak menggunakannya ke sekolah, tetapi setelah pulang dari sekolah jamnya sudah tidak ada. Sekejap Mark pun bingung. Ia pun curiga terhadap seorang bapak-bapak yang sedang mengecat pagar rumah Cherto. Mark bertanya kepada Cherto, “Cher, siapa orang yang sedang mengecat pagar itu?” aku tidak tahu Mark, tanya saja sama mbok Marti. Kata mbok Marti tukang cat itu bernama Pak Saptano. Mark pun tersenyum.
“Cher, Ibumu menaruh jamnya di meja kamarnya kan? Lalu di meja itu juga ada cat warna orange seperti warna cat yang sedang di pakai Pak Saptano untuk mengecat pagar, iyakan?”
“oh, iya ya.. ada sedikit cat disini..” jawab Cherto yang sedang menunjuk meja tempat hilangnya jam tangan Ibunya. “Berarti, kemungkinan besar yang mencuri jam tangan Ibu adalah Pak Saptano?”
“Sip, betul katamu cher, dan coba lihat itu... ada sinar di dalam kantong celana dari Pak Saptano. Coba perhatikan, sinar itu memancar ke pohon di sebelahnya. Kemungkinan itu adalah jam Ibumu yang hilang.” Kata Mark dengan semangat. Tanpa buang – buang waktu terlalu lama, Cherto dan Mark menceritakan pada Ibu Cherto apa yang sudah mereka selidiki tadi. Ibu Cherto segera mendatangi Pak Saptano yang sedang mengacat pagar.
“Pak itu yang ada di dalam saku celana bapak jam tangan saya, kenapa bapak mencurinya?” kata Ibu kepada Pak Saptano.
“Maaf bu, istri saya sedang sakit keras, saya sangat butuh uang untuk membeli obat istri saya. Obat itu mahal jadi saya mencuri jam tangan ibu untuk membeli obat itu.” Pak Saptano mengaku sambil mengembalikan jam tangan kepada Ibu Cherto. Setelah itu Pak Saptano pergi, tetapi sebelum pergi Ibu Cherto memberi upah dari mengacat pagar dan tembok teras rumah, serta Ibu memberi Pak Saptano uang untuk membeli obat istrinya. Pak Saptano sangat berterima kasih kepada Ibu Cherto karena sudah berbaik hati kepadanya.
“Pak kalau butuh uang minta saja kepada kami, selama kami bisa membantu kami akan membantu bapak.” Kata Ibu Cherto sambil memberikan uangnya.
“Iya, terima kasih banyak bu atas kebaikan ibu pada saya walaupun saya sudah mencuri jam tangan Ibu.” Kata pak Saptano sambil meneteskan air mata.
“ Iya pak, tidak apa – apa.” kata Ibu Cherto sambil menghibur Pak Saptano yang sedang menangis. Pak Saptano pun pergi kembali ke rumahnya.
Wah.. leganya, akhirnya masalah pun selesai berkat Mark. Dan julukan pun di berikan kepada Mark yaitu “Detektif  Bermata Tiga.” karena ia memiliki tai lalat di bawah matanya. “Terima kasih detektif bermata tiga” kata Merly kepada Mark.
“Iya, sama – sama Merly.” Kemudian Ibu Cherto memberikan sedikit uang saku kepada Mark karena telah membantu menemukan jam tangan emas miliknya. Kemudian Mark pun kembali ke rumahnya yang tidak jauh dari rumah Cherto.

1 komentar:

  1. is good blog...mantap kembangkan terus dengan selalu mengisi dengan artikel-artikel baru....

    BalasHapus